PPP LAHIR DARI SEMANGAT KEBERSAMAAN

Posted on Desember 13, 2011

0


Wakil Ketua DPW PPP Provinsi Banten
HM. Sayuti

Pemilu 2014 memang masih cukup jauh waktunya. Namun sebagai peserta dari Pemilu yang merupakan pesta besar demokrasi rakyat Indonesia, tidak ada salahnya jika sejak dini mulai berbicara dalam rangka menyusun langkah strategis untuk menghadapinya.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Wakil Ketua DPW PPP Provinsi Banten, HM. Sayuti, S.Sos.I kepada Koresponden Bina Persatuan wilayah Tangerang Selatan Rahmatullah Rasyid,  menjelang Pemilu 2014 yang tak lama lagi PPP harus tetap eksis dan mendapatkan target parliamentary threshold sekitar 5% lebih. Walau UU Pemilu yang mengatur batasan PT tersebut belum disahkan di DPR, tapi tak ada salahnya jika PPP berusaha mengejar ambang lebih dari 5%.

Sejak awal era reformasi bergulir suara PPP mengalami trend menurun pada tiap pemilu. Banyak faktor yang menyebabkannya. Antara lain karena banyak orang-orang PPP yang mendirikan partai baru. Namun sejalan dengan dinamika politik yang terus bergulir banyak diantara partai-partai baru tersebut mengalami stagnasi atau malah layu tak berkembang. Realita ini harusnya bisa dimanfaatkan PPP untuk kembali merangkul mereka kembali masuk ke dalam rumah lamanya, yaitu PPP.

“Hampir semua partai Islam yang lahir di era reformasi itu berasal itu dari PPP.  Jadi PPP bisa diistilahkan sebagai ‘nenek moyang’ mereka. Saat ini kita ibaratkan mereka adalah orang-orang yang sedang ‘ngekost’ (ngontrak-red) di rumah orang lain. Jika memang rumah kontrakan tersebut tak lagi nyaman, silakan balik ke rumah induk yakni PPP,” demikian ucap Sayuti seraya menghimbau.

Sayuti juga mengingatkan seharusnya kader-kader PPP yang membentuk partai baru itu mengingat kembali sejarah lahirnya PPP yang dimulai dari fusi empat kekuatan politik Islam di bulan Januari 1973. Berfusinya keempat partai Islam kala itu menjadi momen strategis bagi kebangkitan politik Islam di tanah air. Di situ tercermin adanya semangat kebersamaan untuk berjuang dalam satu wadah politik, bukan malah berpecah yang pada gilirannya malah merugikan kekuatan politik Islam itu sendiri.

“Seharusnya malu pada sejarah ketika mereka keluar dari PPP dan membentuk partai politik baru. Sebab situasi politik Indonesia mulai kondusif dengan tumbangnya rezim represif yang selalu menekan PPP, harusnya momen itu jadi awal kebangkitan politik Islam melalui PPP, tapi sayangnya banyak tokoh PPP yang keluar dan terbawa eforia reformasi dengan mendirikan partai. Ini jelas melemahkan PPP yang bermuara pada melemahnya kekuatan politik Islam itu sendiri,” terang Sayuti.

Teteapi Sayuti juga tak menyalahkan begitu saja mereka yang keluar dari PPP. Hal tersebut juga seharusnya menjadi bahan introspeksi internal bagi PPP dengan banyak keluarnya tokoh-tokoh tersebut. Bisa sangat mungkin keluarnya mereka karena memang kurang terakomodasi dengan baik aspirasinya di PPP atau memang terbawa dinamika politik kebebasan di era reformasi. Namun yang jelas, sebagai kader PPP yang loyal pada perjuangannya harus mau mengingatkan dan mengajak mereka kembali ke dalam “rumah induk” untuk kembali berjuang bersama membesarkan PPP dan mewujudkannya sebagai rumah besar politik umat Islam Indonesia.

Faktor lain yang menyebabkan menurunnya suara PPP adalah kurang sigapnya fungsionaris mengelola aset yang sudah ada. Seperti diketahui bahwa PPP memiliki basis pemilih yang jelas yang sering disebut sebagai pemilih tradisional. Menurut Sayuti pemilih ini adalah aset yang berharga dan harus dirawat.

“Pemilih tradisional PPP adalah aset yang berharga. Kita boleh melirik pemilih baru yang jumlahnya memang signifikan tanpa melupakan untuk merawat pemilih yang sudah terbukti kesetiaannya kepada PPP. Malah seharusnya pemilih tradisional ini diberdayakan agar mampu menjadi bagian dari jaringan ekspansi PPP yang telah mengagendakan program 12 juta kader,” kata Sayuti.

“Nah, jika kita sudah bisa meletakkan masalah yang menghinggapi keterpurukan suara PPP, sekarang tinggal bagaimana kita mengkonsolidasikannya dalam musyawarah partai pada semua tingkatan struktur,” ujarnya.

Ketika disinggung tentang menjadi calon Walikota Tangerang pada Pilkada tahun 2013 nanti, wakil Ketua DPW PPP Prov. Banten ini menyatakan kesiapannya jika hal tersebut memang menjadi kesepakatan musyawarah partai. Sayuti mengakui bahwa menjadi walikota bukanlah obsesinya walau diakui juga banyak warga Tangerang yang sudah memberikan dorongan kepadanya untuk tampil.

“Saya tak punya obsesi menjadi Walikota. Tapi memang ada inisiatif dari para konstituen PPP yang meminta agar saya bersedia jadi calon walikota Tangerang priode 2013-2018. Saya bilang terserah partai memutuskannya. Bila partai mendukung saya, saya siap saja,” pungkasnya.

Rahmat/BP

Posted in: PPP DAERAH, SOSOK